METODE PENCATATAN PERSEDIAAN METODE FISIK (PERIODIK)
Metode pencatatan persediaan secara fisik biasa disebut
juga dengan sistem periodik (periodic inventory system), karena
untuk menentukan nilai atau harga pokok persediaan barang
dagangan di akhir periode akuntansi harus dilakukan
penghitungan secara fisik (stock opname) di gudang tempat
menyimpan barang yang bersangkutan untuk mengetahui
besarnya persediaan barang dagangan pada akhir periode.
juga dengan sistem periodik (periodic inventory system), karena
untuk menentukan nilai atau harga pokok persediaan barang
dagangan di akhir periode akuntansi harus dilakukan
penghitungan secara fisik (stock opname) di gudang tempat
menyimpan barang yang bersangkutan untuk mengetahui
besarnya persediaan barang dagangan pada akhir periode.
Karena nilai persediaan barang dagangan tidak dapat diketahui
melalui pencatatan, maka harga pokok barang yang terjual
juga tidak dapat ditentukan dengan benar. Oleh karena itu
pada akhir periode akuntansi, setelah dihitung jumlah
persediaan akhir barang tersebut secara akuntansi dibuatkan
jurnal penyesuaian atas persediaan barang dagangan tersebut.
melalui pencatatan, maka harga pokok barang yang terjual
juga tidak dapat ditentukan dengan benar. Oleh karena itu
pada akhir periode akuntansi, setelah dihitung jumlah
persediaan akhir barang tersebut secara akuntansi dibuatkan
jurnal penyesuaian atas persediaan barang dagangan tersebut.
Penghitungan persediaan akhir barang dagangan ini antara
lain dengan metode; FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First
Out), rata-rata sederhana, dan rata-rata tertimbang. Metode FIFO
ini yang digunakan pedoman adalah harga barang yang dibeli
pertama digunakan untuk menentukan harga pokok barang
yang terjual. Metode LIFO menetapkan harga barang yang
paling akhir (terbaru) dibeli digunakan sebagai dasar
menentukan harga pokok barang yang laku dijual.
lain dengan metode; FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First
Out), rata-rata sederhana, dan rata-rata tertimbang. Metode FIFO
ini yang digunakan pedoman adalah harga barang yang dibeli
pertama digunakan untuk menentukan harga pokok barang
yang terjual. Metode LIFO menetapkan harga barang yang
paling akhir (terbaru) dibeli digunakan sebagai dasar
menentukan harga pokok barang yang laku dijual.
Dalam melakukan pencatatan persediaan barang
dagangan dengan metode fisik ini setiap terjadi pembelian
barang dagangan akan dicatat dalam rekening Pembelian, dan
pada saat terjadi penjualan barang dagangan akan dicatat
dalam rekening Penjualan tanpa mencatat harga pokok barang
yang terjual tersebut. Berikut disajikan contoh jurnalnya.
dagangan dengan metode fisik ini setiap terjadi pembelian
barang dagangan akan dicatat dalam rekening Pembelian, dan
pada saat terjadi penjualan barang dagangan akan dicatat
dalam rekening Penjualan tanpa mencatat harga pokok barang
yang terjual tersebut. Berikut disajikan contoh jurnalnya.
Akurasi Prosedur:
Jurnal untuk Mencatat Pembelian Barang Dagangan
Jurnal untuk Mencatat Pembelian Barang Dagangan
CONTOH SOAL METODE PENCATATAN PERSEDIAAN
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko “Rejeki” membeli dengan kredit
barang dagangan dari Toko “Makmur” 5.000 kg beras
@ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko “Rejeki” menjual dengan kredit
barang dagangan tersebut 4.000 kg beras @ Rp5.500,00 kepada
Toko “Aman” senilai Rp22.000.000,00 dengan syarat (termin)
pembayaran 2/10; n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut dapat dicatat dalam jurnal
berikut ini.
barang dagangan dari Toko “Makmur” 5.000 kg beras
@ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko “Rejeki” menjual dengan kredit
barang dagangan tersebut 4.000 kg beras @ Rp5.500,00 kepada
Toko “Aman” senilai Rp22.000.000,00 dengan syarat (termin)
pembayaran 2/10; n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut dapat dicatat dalam jurnal
berikut ini.
JURNAL METODE PENCATATAN PERSEDIAAN METODE FISIK
METODE PENCATATAN PERSEDIAAN METODE PERPETUAL ATAU TERUS-MENERUS
(CONTINUE)
Metode ini disebut perpetual atau terus-menerus (continue)
karena aliran barang dagangan dapat diikuti secara terusmenerus
setiap saat. Di dalam sistem ini, setiap saat dapat
diketahui besarnya nilai atau harga pokok barang yang terjual
serta jumlah persediaan barang dagangan di akhir periode
akuntansi.
karena aliran barang dagangan dapat diikuti secara terusmenerus
setiap saat. Di dalam sistem ini, setiap saat dapat
diketahui besarnya nilai atau harga pokok barang yang terjual
serta jumlah persediaan barang dagangan di akhir periode
akuntansi.
Metode pencatatan atas persediaan barang dagangan
dilakukan secara berkelanjutan, menyangkut perubahan
persediaan yang tercermin dalam rekening persediaan.
Pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara
langsung di rekening persediaan pada saat terjadinya transaksi.
Akurasi Konsep:
dilakukan secara berkelanjutan, menyangkut perubahan
persediaan yang tercermin dalam rekening persediaan.
Pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara
langsung di rekening persediaan pada saat terjadinya transaksi.
Akurasi Konsep:
Karakter pencatatan dengan sistem perpetual sebagai berikut.
a. Pembelian barang dagangan untuk dijual akan dicatat
dalam rekening persediaan barang dagangan bukan
rekening pembelian.
b. Biaya angkut pembelian, retur, dan pengurangan harga
pembelian, serta potongan tunai pembelian dicatat dalam
rekening persediaan, bukan dalam rekening terpisah
(rekening tersendiri retur dan pengurangan harga
pembelian).
c. Harga pokok penjualan diakui pada saat penjualan dengan
mendebit rekening harga pokok penjualan dan
mengkredit rekening persediaan barang dagangan.
d. Persediaan merupakan rekening pengendali yang
didukung oleh buku besar pembantu. Buku pembantu
berisi catatan persediaan secara individual (tiap-tiap jenis
barang dibuatkan suatu buku pembantu). Dalam buku
pembantu ini memperlihatkan tentang kualitas dan harga
tiap-tiap persediaan.
a. Pembelian barang dagangan untuk dijual akan dicatat
dalam rekening persediaan barang dagangan bukan
rekening pembelian.
b. Biaya angkut pembelian, retur, dan pengurangan harga
pembelian, serta potongan tunai pembelian dicatat dalam
rekening persediaan, bukan dalam rekening terpisah
(rekening tersendiri retur dan pengurangan harga
pembelian).
c. Harga pokok penjualan diakui pada saat penjualan dengan
mendebit rekening harga pokok penjualan dan
mengkredit rekening persediaan barang dagangan.
d. Persediaan merupakan rekening pengendali yang
didukung oleh buku besar pembantu. Buku pembantu
berisi catatan persediaan secara individual (tiap-tiap jenis
barang dibuatkan suatu buku pembantu). Dalam buku
pembantu ini memperlihatkan tentang kualitas dan harga
tiap-tiap persediaan.
Dalam melakukan pencatatan persediaan barang dengan
metode perpetual, setiap transaksi pembelian barang dicatat
dalam persediaan barang. Apabila barang tersebut dijual,
dicatat dalam penjualan, serta mencatat pula harga pokok
barang yang dijual.
metode perpetual, setiap transaksi pembelian barang dicatat
dalam persediaan barang. Apabila barang tersebut dijual,
dicatat dalam penjualan, serta mencatat pula harga pokok
barang yang dijual.
Penghitungan persediaan barang dagangan ini antara lain
dengan metode; FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First
Out) dan rata-rata bergerak. Metode FIFO ini yang digunakan
pedoman adalah harga barang yang dibeli pertama digunakan
untuk menentukan harga pokok barang yang laku dijual.
Metode LIFO menerapkan harga barang yang paling akhir
(terbaru) dibeli digunakan sebagai dasar menentukan harga
pokok barang yang laku dijual. Setiap perubahan arus barang,
maka buku/kartu persediaan juga harus dicatat sehingga setiap
perubahan akan terpantau besarnya barang yang masih ada
di gudang perusahaan.Jurnal untuk Mencatat Pembelian Barang Dagangan
dengan metode; FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First
Out) dan rata-rata bergerak. Metode FIFO ini yang digunakan
pedoman adalah harga barang yang dibeli pertama digunakan
untuk menentukan harga pokok barang yang laku dijual.
Metode LIFO menerapkan harga barang yang paling akhir
(terbaru) dibeli digunakan sebagai dasar menentukan harga
pokok barang yang laku dijual. Setiap perubahan arus barang,
maka buku/kartu persediaan juga harus dicatat sehingga setiap
perubahan akan terpantau besarnya barang yang masih ada
di gudang perusahaan.Jurnal untuk Mencatat Pembelian Barang Dagangan
Contoh:
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko “Rejeki” membeli dengan
kredit barang dagangan dari Toko “Makmur”
5.000 kg beras @ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00
dengan syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko “Rejeki” menjual dengan
kredit barang dagangan tersebut 4.000 kg beras
@ Rp5.500,00 kepada Toko “Aman” senilai
Rp22.000.000,00 dengan syarat (termin)
pembayaran 3/10; n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut dapat dicatat dalam jurnal
berikut ini.
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko “Rejeki” membeli dengan
kredit barang dagangan dari Toko “Makmur”
5.000 kg beras @ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00
dengan syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko “Rejeki” menjual dengan
kredit barang dagangan tersebut 4.000 kg beras
@ Rp5.500,00 kepada Toko “Aman” senilai
Rp22.000.000,00 dengan syarat (termin)
pembayaran 3/10; n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut dapat dicatat dalam jurnal
berikut ini.
Pada metode perpetual ini setiap jenis barang harus
dibuatkan buku pembantu persediaan yang akan digunakan
untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan keluar
masuknya barang dagangan yang bersangkutan. Adapun
contoh kartu persediaan adalah:
dibuatkan buku pembantu persediaan yang akan digunakan
untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan keluar
masuknya barang dagangan yang bersangkutan. Adapun
contoh kartu persediaan adalah:
Keterangan Kolom:
1 : diisi dengan tanggal terjadinya pembelian barang
dagangan.
2 : untuk mencatat uraian transaksi, baik yang masuk atau
keluar serta nama pemasok atau pelanggan.
3 : untuk mencatat banyaknya barang yang masuk/dibeli.
4 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan
barang yang masuk/dibeli.
5 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan
(banyaknya barang X harga per unit) barang yang
masuk/dibeli.
6 : untuk mencatat banyaknya barang yang keluar/dijual.
7 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan
barang yang keluar/dijual.
8 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan
(banyaknya barang X harga per unit ) barang yang
keluar/dijual.
9 : untuk mencatat banyaknya barang yang masih ada/
tersisa.
10 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan
barang yang masih ada/tersisa.
11 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan
(banyaknya barang X harga per unit) barang yang masih
ada/tersisa.
1 : diisi dengan tanggal terjadinya pembelian barang
dagangan.
2 : untuk mencatat uraian transaksi, baik yang masuk atau
keluar serta nama pemasok atau pelanggan.
3 : untuk mencatat banyaknya barang yang masuk/dibeli.
4 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan
barang yang masuk/dibeli.
5 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan
(banyaknya barang X harga per unit) barang yang
masuk/dibeli.
6 : untuk mencatat banyaknya barang yang keluar/dijual.
7 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan
barang yang keluar/dijual.
8 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan
(banyaknya barang X harga per unit ) barang yang
keluar/dijual.
9 : untuk mencatat banyaknya barang yang masih ada/
tersisa.
10 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan
barang yang masih ada/tersisa.
11 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan
(banyaknya barang X harga per unit) barang yang masih
ada/tersisa.
Dari kartu persediaan (buku pembantu persediaan) ini
perusahaan dapat mengetahui dan memantau aliran barang
yang dibeli dan yang laku dijual serta setiap saat dapat
mengetahui besarnya sisa barang (barang yang belum laku
dijual). Oleh karena itu, untuk menghitung harga pokok
penjualan tidak perlu lagi menghitung secara fisik jumlah
barang yang masih ada dalam gudang.
perusahaan dapat mengetahui dan memantau aliran barang
yang dibeli dan yang laku dijual serta setiap saat dapat
mengetahui besarnya sisa barang (barang yang belum laku
dijual). Oleh karena itu, untuk menghitung harga pokok
penjualan tidak perlu lagi menghitung secara fisik jumlah
barang yang masih ada dalam gudang.
Contoh:
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko “Rejeki” membeli dengan tunai
barang dagangan dari Toko “Makmur” 5.000 kg
beras @ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00 dengan
syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko “Rejeki” menjual dengan
kredit barang dagangan tersebut 4.000 kg beras
@ Rp5.500,00 kepada Toko “Aman” senilai
Rp22.200.000,00 dengan syarat (termin)
pembayaran 2/10; n/30.
Transaksi yang ada di Toko “Rejeki” dapat dicatat dalam
buku persediaan berikut ini.
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko “Rejeki” membeli dengan tunai
barang dagangan dari Toko “Makmur” 5.000 kg
beras @ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00 dengan
syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko “Rejeki” menjual dengan
kredit barang dagangan tersebut 4.000 kg beras
@ Rp5.500,00 kepada Toko “Aman” senilai
Rp22.200.000,00 dengan syarat (termin)
pembayaran 2/10; n/30.
Transaksi yang ada di Toko “Rejeki” dapat dicatat dalam
buku persediaan berikut ini.